Desa Karangwuni resmi berdiri sejak 1910 dengan Lurah Pertama Pademo Sutaryono. Desa ini terletak di pesisir Pantai Selatan yang berombak besar namun indah sehingga membuat Karangwuni menjadi desa dengan beragam kekayaan alam yang unik dan memiliki potensi menjadi desa nelayan. Meski kemudian kehidupan warganya lebih lekat sebagai masyarakat agraris.
Selain deburan ombak yang menemani keseharian , desa ini juga memiliki beberapa sungai yang mengalir tiada henti sepanjang tahun. Membuat Karangwuni menjadi surga bagi pemancing dari segala penjuru Yogyakarta dan Purworejo, Kabupaten di sebelah baratnya. Anda tinggal memilih, memancing di sungai berair tawar, payau atau air laut sekalian.
Pantai yang indah membuat desa ini memiliki potensi mengembangkan wisata pantai. Terbukti dengan kemasyhuran Pantai Glagah, sebuah obtyek wisata pantai di Desa Glagah yang berada tepat di sebelah barat desa ini. Pantai Karangwuni tak kalah indah sesungguhnya, bahkan di Karangwuni Anda bisa menemukan Mercu Suar yang menciptakan landskap klasik pesisir pantai.
Hebatnya, dari kampung di Karangwuni ini Anda juga bisa melihat burung besi raksasa terbang rendah membelah angkasa dengan suara gemuruhnya. Beberapa menit kemudian Anda juga bakal melihat pesawat terbang turun dengan anggun untuk mendarat. Ya, soalnya Karangwuni berada tepat di sebelah timur Bandara Internasional Yogyakarta yang beroperasi 24 jam penuh dan memiliki kemampuan didarati pesawat paling besar di dunia sekalipun.
Bandara yang mulail beroperasi 2019 itu kini membuat warga Karangwuni kini sudah biasa menyaksikan badan pesawat melesat beberapa puluh meter di atas tanah ladang mereka dengan suara gemuruh yang khas. Pemandangan yang tak banyak ada di desa lain, bukan? Tapi ini baru sebagian keunikan saja.
Selain pantai dan bandara, Desa ini juga dibelah jalur Selatan Selatan yang dikenal sebagai Jalur Daendels. Ini adalah jalur yang mengantarkan para pejalan jauh yang menempuh perjalanan darat dari Yogyakarta hingga Kebumen bahkan Cilacap dan sebaliknya. Sejak lama jalur ini telah menjadi pilihan bagi sebagian pengguna lalu lintas termasuk bus-bus angkutan umum yang merasa lebih leluasa melaju di jalur ini dibanding jalur Selatan yang sesak kendaraan itu.
Sejak bandara mulai beroperasi, jalur ini menjadi salahsatu jalur padat di kawasan Yogyakarta-Jawa Tengah. Kini, pemerintah sedang melebarkan jalur ini sehingga bakal menjadi jalur penting di Pulau Jawa.
Kehadiran jalur lalu lintas besar ini tentu saja bakal membawa dampak yang besar bagi Karangwuni. Karangwuni menjadi salahsatu desa yang dilewati ribuan kendaraan setiap hari. Keramaian lalu lintas ini tentu saja sebuah peluang besar bagi warga sekitar untuk membuka berbagai macam usaha layanan mulai dari warung makan, minimarket, bengkel hingga Rest Area.
Desa Penghasil Cabai nan Mumpuni
Selama puluhan tahun, tanaman Cabai adalah nafas penghidupan bagi warga desa ini soalnya sebagian besar warga menanam cabai untuk menopang pendapatan mereka. Maka jangan kaget jika Anda mendapatkan pemandangan lautan cabai di setiap area persawahan di Karangwuni. Selain cabe, ada pula petani Semangka, melon dan beberapa komoditas lain. Tetapi cabai adalah yang paling utama dihasilkan warga.
Wilayah desa ini terbagi menjadi enam pedusunan yakni Keboan, Karangwuni, Pancas, Kriyan, Karangrejo dan Karanganyar dengan jumlah KK lebih dari 2000. Terbilang desa yang tak cukup besar dibanding beberapa desa lain di kawasan Yogyakarta. Memiliki wilayah yang terdiri dari area persawahan, pesisir sekaligus beberapa sungai membuat kondisi geografi Karangwuni menjadi lengkap sekaligus unik.
Pecinta Jathilan Sejati
Seni dan budaya di desa ini mendapatkan tempat yang nyaman. Grup Kesenian Jathilan salah satunya. Grup Jathilan Karangwuni terbilang mumpuni. Telah menjuarai beragam ajang perlombaan di DI Yogyakarta. Hebatnya, di kampung ini jathilan adalah sebuah kegiatan seni yang digemari anak-anak muda. Dara-dara muda jelita dan pemuda gagah perkasa dengan penuh semangat menjadi penari dalam grup jathilan kebanggaan mereka.
Menyadari berbagai potensi yang dia miliki, 2020 menjadi tahun yang penting bagi desa ini. Karangwuni mulai menata potensinya untuk diolah menjadi peluang bagi peningkatan kesejahteraan warga. Berbagai program pembangunan dicanangkan. Mulai dari pembuatan produk unggulan hingga membangun Tim Khusus yang akan menangani pekerjaan digital untuk memasarkan potensi dan beragam produk di desa ini.
Karangwuni sedang bersiap menyerbu pasar dengan berbagai jenis sambal andalan yang dijamin bakal memanjakan lidah semua orang. Desa ini juga menyiapkan diri menjadi penghasil kelor untuk berbagai produk turunannya seperti Teh Kelor mulai dari model celup hingga tubruk dengan berbagai citarasa.
Desa ini juga memiliki kelompok pengrajin Eceng Gondok yang sedang bersiap menyuguhkan aneka produk rumah tangga bercitarasa seni tinggi berbasis Eceng Gondok. Berbagai produk itu didisain untuk bisa menjadi produk yang layak jual untuk pasar domestik maupun luar negeri dengan sistem pemasaran berbasis digital maupun konvensional. Desa Paling Pedas di Dunia ini sedang menyiapkan gebrakan besar.