[KBR|Warita Desa] Jakarta | Presiden Joko Widodo mengingatkan jajarannya memberlakukan hukuman tegas bagi para pelaku pembakaran lahan dan hutan.
Menurutnya tidak ada kompromi bagi pelaku dari sisi apapun, dan harus diselesaikan secara hukum.
“Terakhir saya minta langkah penegakan hukum dilakukan tanpa kompromi. Saya kira Kapolri sudah tahu apa yang harus dilakukan di sini, karena kita sudah pengalaman kemarin-kemarin kita lakukan itu. Penegakan hukum kepada siapa pun yang melakukan pembakaran hutan dan lahan baik di konsesi milik korporasi, perusahaan atau masyarakat, tapi ini semuanya sudah tahu sehingga betul-betul ada efek jera. Terapkan sanksi tegas bagi pembakar hutan dan lahan baik sanksi administrasi, perdata maupun pidana,” ujar Jokowi, saat membuka Rakornas Karhutla 2021 di Jakarta, Senin (22/02/2021).
Jokowi juga mengingatkan jajarannya dan pemangku kebijakan di daerah untuk memperketat pengawasannya.
Memasuki musim kemarau pada Mei nanti, Jokowi berharap kesiapsiagaan lebih ditingkatkan agar tidak terjadi kebakaran hutan dan lahan yang besar sehingga membuat malu negara.
“Jangan sampai kita ini malu di ASEAN Summit pertemuan negara-negara ASEAN, ada 1, 2, 3 negara membicarakan lagi soal ini. Dalam 5 tahun ini sudah gak ada jangan sampai ada lagi. Saya titip itu, malu kita, dipikir kita tidak bisa menyelesaikan masalah ini, bisa. Tadi sudah disampaikan Pak Menkopolhukam sudah turun 88 persen kalau bisa ditingkatkan lagi dari angka itu," pungkas Jokowi.
Kebakaran hutan dan lahan mulai terjadi di beberapa daerah di Indonesia. Di Aceh, karhutla mencapai 60 hektare.
Menurut Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Selatan, Fadli Syuhada mengatakan, tidak menutup kemungkinan akan sampai ke hutan lindung di Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), jika karhutla terus meluas.
Saat ini, terdapat dua titik kebakaran hutan dan lahan di Aceh Selatan masing-masing di Kecamatan Trumon dan Bakongan. Diketahui Kecamatan Trumon menjadi koridor dari TNGL.
"Cakupan keseluruhan lahan yang terbakar di seluruh Aceh Selatan untuk update hari mencapai lebih kurang 60 hektare," katanya kepada KBR di Aceh, Senin (22/2/2021).
BPBD Aceh Selatan mengklaim mengalami kendala di lapangan, karena yang terbakar adalah lahan gambut yang apinya berada di dalam tanah.
Kendala lainnya, lanjut Fadli Syuhada, kekurangan peralatan pompa suplai air, jauhnya sumber air, ditambah musim kemarau yang semakin menyulitkan petugas mencari sumber air terdekat dari titik kebakaran.
"Belum lagi kita kekurangan personil di lapangan," katanya.
BPBD Aceh Selatan juga masih mendata kepemilikan lahan yang terbakar, dan belum diketahui milik perusahaan perkebunan sawit atau tidak.
"Kita belum temukan, masih kita data. Namun yang kita ketahui penyebab api memang datang dari masyarakat yang buka lahan dengan cara pembakaran yang tidak dikontrol," jelasnya.
Saat ini tim personil yang terdiri dari TNI, Polri, Polisi Hutan, BPBD Aceh Selatan, dan masyarakat masih berjibaku memadamkan api.
Oleh : Dwi Reinjani, Alfath Asmunda
Editor: Kurniati Syahdan